Selasa, 25 Januari 2011

fatwa mui tentang deposito

FATWA
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
NO: 03/DSN-MUI/IV/2000
Tentang
D E P O S I T O
بِ  سمِ اللهِ الر  حمنِ الرحِيمِ
Dewan Syari’ah Nasional setelah
Menimbang : a. bahwa keperluan masyarakat dalam peningkatan kesejahteraan
dan dalam bidang investasi, pada masa kini, memerlukan jasa
perbankan; dan salah satu produk perbankan di bidang
penghimpunan dana dari masyarakat adalah deposito, yaitu
simpanan dana berjangka yang penarikannya hanya dapat
dilakukan pada waktu tertentu berdasarkan perjanjian nasabah
penyimpan dengan bank;
b. bahwa kegiatan deposito tidak semuanya dapat dibenarkan oleh
hukum Islam (syari’ah);
c. bahwa oleh karena itu, DSN mempandang perlu menetapkan
fatwa tentang bentuk-bentuk mu’amalah syar’iyah untuk
dijadikan pedoman dalam pelaksanaan deposito pada bank
syari’ah.
Mengingat : 1. Firman Allah QS. al-Nisa’ [4]: 29:
يآ َأي  ها الَّذِي  ن آمن  وا َ لاتْأ ُ كُل  وا َأ  م  واَل ُ ك  م بين ُ ك  م بِاْلباطِلِ إِلاَّ َأ ْ ن ت ُ ك  و َ ن
تِ  جا  رًة  ع  ن تراضٍ مِن ُ ك  م...
“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian saling memakan
(mengambil) harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan sukarela di
antaramu…”.
2. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 283:
..َفإِ ْ ن َأمِ  ن ب  ع  ض ُ ك  م ب  ع  ضا َفْلي  ؤد الَّذِى ا  ؤتمِ  ن َأمانته،  وْليتقِ اللهَ  ربه..
“…Maka, jika sebagian kamu mempercayai sebagian yang lain,
hendaklah yang dipercayai itu menunaikan amanatnya dan
hendaklah ia bertakwa kepada Allah Tuhannya…”.
3. Firman Allah QS. al-Ma’idah [5]: 1:
يآ َأي  ها الَّذِي  ن آمن  وا َأ  وُف  وا بِاْلعُق  ودِ …
“Hai orang yang beriman! Penuhilah akad-akad itu …”.
03 Deposito
Dewan Syari’ah Nasional MUI
2
4. Firman Allah QS. al-Baqarah [2]: 198:
… َلي  س  عَلي ُ ك  م  جنا  ح َأ ْ ن تبتغ  وا َف  ض ً لا مِ  ن  رب ُ ك  م…
“…Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia dari
Tuhanmu ….”
5. Hadis Nabi riwayat Thabrani:
َ كا َ ن  سي  دنا اْلعبا  س ب  ن  عبدِ اْل  م َ طلِّبِ إَِذا دَف  ع اْل  ما َ ل م  ضا  ربًة اِ  شتر َ ط
 عَلى  صاحِبِهِ َأ ْ ن َ لا ي  سُل  ك بِهِ ب  حرا،  و َ لا ينزِ َ ل بِهِ  وادِيا،  و َ لا ي  شترِ  ي
بِهِ دابًة َذا  ت َ كبِدٍ  ر ْ طبةٍ، َفإِ ْ ن َفع َ ل َذلِ  ك  ضمِ  ن، َفبَل َ غ  ش  ر ُ طه  ر  س  و َ ل
اللهِ  صلَّى اللهُ  عَليهِ  وآلِهِ  و  سلَّ  م َفَأ  جا  زه (رواه الطبراني فى الأوسط عن
ابن عباس).
“Abbas bin Abdul Muthallib jika menyerahkan harta sebagai
mudharabah, ia mensyaratkan kepada mudharib-nya agar tidak
mengarungi lautan dan tidak menuruni lembah, serta tidak
membeli hewan ternak. Jika persyaratan itu dilanggar, ia
(mudharib) harus menanggung resikonya. Ketika persyaratan
yang ditetapkan Abbas itu didengar Rasulullah, beliau
membenarkannya.” (HR. Thabrani dari Ibnu Abbas).
6. Hadis Nabi riwayat Ibnu Majah:
َأنَّ النبِ  ي  صلَّى اللهُ  عَليهِ  وآلِهِ  و  سلَّ  م َقا َ ل: َث َ لا ٌ ث فِيهِ  ن اْلبر َ ك ُة: َاْلبي  ع
إَِلى َأ  جلٍ،  واْل  مَقا  ر  ضُة،  و  خْل ُ ط اْلبر بِال  شعِيرِ لِْلبيتِ َ لا لِْلبيعِ (رواه ابن
ماجه عن صهيب)
“Nabi bersabda, ‘Ada tiga hal yang mengandung berkah: jual
beli tidak secara tunai, muqaradhah (mudharabah), dan
mencampur gandum dengan jewawut untuk keperluan rumah
tangga, bukan untuk dijual.” (HR. Ibnu Majah dari Shuhaib).
7. Hadis Nabi riwayat Tirmidzi:
َال  صْل  ح  جائِز بي  ن اْل  م  سلِمِ  ين إِلاَّ صْل  حا  حرم  ح َ لا ً لا َأ  و َأ  حلَّ  حراما
 واْل  م  سلِ  مو َ ن  عَلى  شروطِهِ  م إِلاَّ  ش  ر ً طا  حرم  ح َ لا ً لا َأ  و َأ  حلَّ  حرام ا
(رواه الترمذي عن عمرو بن عوف).
“Perdamaian dapat dilakukan di antara kaum muslimin kecuali
perdamaian yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan
yang haram; dan kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat
mereka kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram” (HR. Tirmidzi dari ‘Amr bin ‘Auf).
03 Deposito
Dewan Syari’ah Nasional MUI
3
8. Ijma. Diriwayatkan, sejumlah sahabat menyerahkan (kepada
orang, mudharib) harta anak yatim sebagai mudharabah dan tak
ada seorang pun mengingkari mereka. Karenanya, hal itu
dipandang sebagai ijma’ (Wahbah Zuhaily, al-Fiqh al-Islami wa
Adillatuhu, 1989, 4/838).
9. Qiyas. Transaksi mudharabah diqiyaskan kepada transaksi
musaqah.
10. Kaidah fiqh:
َالأَ  ص ُ ل فِى اْل  معام َ لاتِ ْالإِبا  حُة إِلاَّ َأ ْ ن ي  دلَّ دلِي ٌ ل  عَلى ت  حرِيمِ  ها.
“Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan
kecuali ada dalil yang mengharamkannya.”
11. Para ulama menyatakan, dalam kenyataan banyak orang yang
mempunyai harta namun tidak mempunyai kepandaian dalam
usaha memproduktifkannya; sementara itu, tidak sedikit pula
orang yang tidak memiliki harta kekayaan namun ia mempunyai
kemampuan dalam memproduktif-kannya. Oleh karena itu,
diperlukan adanya kerjasama di antara kedua pihak tersebut.
Memperhatikan : Pendapat peserta Rapat Pleno Dewan Syari'ah Nasional pada hari
Sabtu, tanggal 26 Dzulhijjah 1420 H./1 April 2000.
MEMUTUSKAN
Menetapkan : FATWA TENTANG DEPOSITO
Pertama : Deposito ada dua jenis:
1. Deposito yang tidak dibenarkan secara syari’ah, yaitu Deposito
yang berdasarkan perhitungan bunga.
2. Deposito yang dibenarkan, yaitu Deposito yang berdasarkan
prinsip Mudharabah.
Kedua : Ketentuan Umum Deposito berdasarkan Mudharabah:
1. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai shahibul maal
atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau
pengelola dana.
2. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan
berbagai macam usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip
syari’ah dan mengembangkannya, termasuk di dalamnya
mudharabah dengan pihak lain.
3. Modal harus dinyatakan dengan jumlahnya, dalam bentuk tunai
dan bukan piutang.
4. Pembagian keuntungan harus dinyatakan dalam bentuk nisbah
dan dituangkan dalam akad pembukaan rekening.
5. Bank sebagai mudharib menutup biaya operasional deposito
dengan menggunakan nisbah keuntungan yang menjadi haknya.
03 Deposito
Dewan Syari’ah Nasional MUI
4
6. Bank tidak diperkenankan untuk mengurangi nisbah keuntungan
nasabah tanpa persetujuan yang bersangkutan.
Ditetapkan di : Jakarta
Tanggal : 26 Dzulhijjah 1420 H.
1 April 2000 M
DEWAN SYARI’AH NASIONAL
MAJELIS ULAMA INDONESIA
Ketua, Sekretaris,
Prof. KH. Ali Yafie Drs. H.A. Nazri Adlani

1 komentar:

  1. Apa bedanya...???, dimana bedanya...???, bank syariah dan kovensional bagaikan cermin...

    BalasHapus